Monday, January 28, 2013

ini tentang Ibu Sukamti, sang pejuang kartini


Malam itu saya baru saja menjenguk seorang teman saya yang sakit di pucuk gunung merapi halah halah.. sok jauh, padahal ya emang jauh walau gak sampai merapi juga sih..

Ceritanya dia muntah darah, panic donk sebagai seorang teman, akhirnya saya mengajak teman saya yang lain untuk menjenguknya. Sesampainya di rumah dia sedang nonton tv dan terlihat lumayan lemas, mungkin karena efek mual nya. Untung sebelum berangkat saya sempat membeli beberapa makanan, jus kotak, dan pocari sweat. Saya tahu rasanya mual gak ketolongan kayak apa. Singkat cerita kami melakukan intevensi yang mungkin agak aneh di lakukan. Hhaa tapi tidak apa apa, kami tidak di gerebek polisi seperti kasus raffi ahmad juga. Hhaa

Selesai melakukan hal hal aneh, dia kembali tiduran, dan saya ambil posisi di treadmill nya. Oke siip. Teman macam apa ya kalau di pikir pikir, dia sakit saya sibuk treadmill. Tapi tak apa dia juga mengijinkan kok. Akhirnya saya EHITT sebanyak 3 siklus, dan keringatan mengocor deras. Teman saya yang lain Cuma bisa takjub dan merasa heran dan bingung. Itu makhluk kenapa malem2 udah mau jam 9 malem masih lari lari kayak marmut di kandang kali ya. Hhha selesai 3 siklus saya duduk2 minum dan nonton tv bersama hhaa.. tiba tiba terdengar suara hujan dari luar. Great, hujan di pucuk gunung ini (padahal jarak rumahnya gak jauh jauh amat dari kota menurut saya) tapi saya senang saja menyebutnya pucuk biar berasa anak Pencinta alam. Jam 10 saya dan teman saya yang lain memutuskan untuk pulang. Cus hujan hujanan dari pucuk gunung. Awalnya saya tidak pakai jas hujan karena Cuma rintik2 tapi ternyata ditengah jalan hujan tambah besar dan akhirnya pake deh.

Sebeneranya itu Cuma introduksi, introduksinya aja sepanjang itu, minta di lempar. Hha

Cerita sebenarnya yang mau saya ceritakan adalah tentang bu Sukamti, siapa dia? Mengapa harus dia? Apa hubungan saya dengan dia? #alaInfotainment

Saat saya sudah mengantar teman saya pulang, tiba tiba saja terasa ban motor belakang kempes, dan ternyata benar dugaan saya, bocor. Saat itu saya di ringroad utara jogja. Akhirnya saya memutuskan melewati gejayan sambil berharap terdapat tempat tambal ban yang masih buka jam 10.30 malam. Sambil berdoa ditengah keromantisan hujan supaya ada tambal ban yang buka.

Tiba tiba saya melihat secerca cahaya di jalan gejayan. Disitulah kami pertama kali bertemu, ya bu Sukamti adalah pemilik tambal ban disitu, beliau mengerjakan sendiri semuanya, mulai dari membuka ban, menambal, sampai memasang lagi. Oke saya speechless segitu beratnya perjuangan seorang ibu untuk menghidupi anak nya.

Saya tidak bisa menjudge bahwa anaknya (pria) yang juga ada di situ, mungkin seusia 18-22 tahunan lah hanya bisa ber-sms-ria dengan indah nya disaat ibunya menambal 3 motor. Saya heran dan cukup sedih. Seketika saya ingat ibu saya di rumah, apakah saya bisa berlaku sejahat itu pada beliau. Semoga tidak.

Bu sukamti ini gigih, saya tau dari pajangan yang ada di bengkel tambal ban nya yang sederhana. Saya melihat terdapat sertifikat penghargaan “pejuang kartini” yang disematkan kepada beliau sebagai tukang tambal ban wanita. Rasanya haru, dan sedih bercampur bangga ketika melihatnya. Beberapa saat saya sempat berbincang2 dengan beliau dan beliau adalah orang yang sangat ramah. Sampai saat saya posting-an ini, saya masih ingat betul, betapa beliau di tengah hujan lebat di jogja dan tengah malam masih buka lapaknya untuk terus menghidupi anak anak nya. Semoga beliau selalu di berkahi Kesehatan dan rezeki yang lancar oleh Allah SWT. Aamiin.

Untuk para ibu di dunia, selamat hari ibu, setiap hari adalah hari ibu bagi saya.


Tuesday, January 1, 2013

#EuroTrip : Harga Ekonomi, Kualitas Bisnis


#EuroTrip : Harga Ekonomi, Kualitas Bisnis

Masih di tanggal yang sama, 14 september 2012, saya dan kelima teman saya sudah didalam pesawat Lion Air, saatnya terbang menuju jakarta. Rasanya beda dengan penerbangan biasa, karena saat ini kami akan menempuh jarak ribuan mil dari rumah, hanya berenam. Ya mau tidak mau kami harus saling menjaga, apalagi disini saya dan Nardi sebagai Laki laki harus bisa menjaga wanita

Tiba tiba seorang pramugari datang kepada saya, “maaf kepada mas yang dibelakang “ mohon untuk pindah ke kursi depan, karena kami harus menyeimbangkan pesawat.

“Halah”, pikir saya, apa gara gara badan saya yang bongsor saya di suruh pindah ya??  Hahaha saya hanya bisa mentertawakan cerita ini. Ternyata oh ternyata, tidak hanya saya yang disuruh pindah, nnamun ke enam orang di barisan paling belakang, yang isinya pria semua. Hahaha saya hanya bisa tertawa melihatnya. Teman temans aya yang lain (para wanita) hanya bilang bahwa segalanya tergantung dari amal dan perbuatan. Baiklah saya terima pernyataan itu.

Kami berenam pindah, tanpa harus tau pindah kemana sebenarnya. Kalau mau tahu, bawaan saya dan nardi cukup banyak, mulai dari kresek dari orang tuanya mba rima yang berisi snack nikahan untuk bekal, hingga poster untuk presentasi. Bisa dibayangkan betapa repotnya saya dan Nardi. Ternyata jalan dari kursi paling belakang itu sulit, ditambah jalan pesawat yang sempit dengan pantat saya yang tidak seperti bintang iklan WRP. Haha. Sampai akhrinya saya bertanya kepada pramugari “ mau kedepan mana sih mba? Jangan jangan nanti saya disuruh duduk sebelah pilot lagi” ujar saya sambil bercanda. Mba mba pramugari Lion Air yang manis itu hanya menjawab. “Jalan saja terus pak (oh maann, gw dibilang PAK) nanti juga tahu” sambil tersenyum melihat saya. Saya bisa melihat ke arah belakang, teman teman yang lain sudah duduk manis sambil mengunyah kursi penumpang, bukan, maksudnya makanan. Hahaha

Tiba tiba, jeng jeng (biar dramatis) saya ternyata disuruhh duduk di kursi nomor 3 dan 4, yang artinya itu adalah kursi BISNIS. Yak kursi bisnis yang berwarna MERAH, EMPUK, DAN LEGAAAA… ahahaha saya dan nardi hanya bisa tersenyum senang, dan bicara “ semua memang tergantung amal perbuatan” ahahaha..

Duduk di kursi bisnis adalah kali pertama bagi saya. Harap maklum mahasiswa gembel macam saya mana sanggup beli pesawat kelas bisnis, kalaupun iya pasti karena dibelikan oleh sponsor. Ahahhaa.

NIKMATILAH KURSIMU

Sepanjang perjalanan dari yogya menuju Jakarta, saya hanya tertawa dan menahan senyum bahwa kami sedang di kursi bisnis dan akan menuju eropa. Hati saya bilang, bahwa perjalanan ini akan sangat menyenangkan, baru saja dimulai sudah begini. Penuh dengan keberuntungan. Hhaa

Ada satu kelucuan yang lain dari perjalanan ini. Yaitu masalah MAKANAN. Masih ingat gembolan kresek berisi makanan dari orang tua mba rima? Yak makanan itu isinya lemper, pudding coklat, kacang, dan lain lain. Akhirnya walau duduk di kursi bisnis, kami tetap makan makanan begituan. Kalau kata nardi anggap saya ini semua adalah makanan kelas bisnis, tapi bawa sendiri. Lucunya lagi, saat kita sedang makan, pramugari yang ada di depan melihat kami berdua, mungkin mereka berfikir bahwa, mahasiswa macam apa itu, naik pesawat bawa bekal lemper, tapi makannya di kelas bisnis. Ahhha yang penting kENYANG mamen..

Tidak lama berselang, sambil baca baca, sambil melihat pemandangan, sampailah kami di bandara internasional Soekarno Hatta cengkareng, banteng, yang artinya hanya 1, 5 jam perjalanan menuju rumah saya di Cilegon. Hha namun apa daya tidak bisa pulang. Penerbangan selanjutnya kami tempuh mulai pukul 9 malam WIB. Berarti kami masih memiliki banyaakak waktu untuk leha leha, dan lain lain di bandara. Hahaha ya begitulah jika mahasiswa gembel punya mimpi kadang noraknya gak bisa ngikutin tingkat kekerenan mimpinya.


#EuroTrip -- Mimpi saja tidak cukup, BERJUANG!!


#EuroTrip -- Mimpi saja tidak cukup, BERJUANG!!

Yogyakarta, 14 September 2012




Rasanya baru kemarin saya sampaikan kepada ibu saya, bahwa saya sedang mencari “tiket” ke Eropa. Dan Hari ini, pukul 2 siang saya beserta 5 orang teman saya sudah di pesawat menuju bandara Soekarno Hatta cengkareng.

Menunggu antrian merupakah hal cukup melelahkan, namun hal itu tidak lagi saya pikirkan, saya hanya berpikir, bahwa besok pagi saya sudah di AMSTERDAM. Ya amterdam belanda, Eropa. Dalam konteks yang sebenarnya.

Tujuan keberangkatan saya yang utama adalah untuk menghadiri European Students’ Conference di Berlin, German. Negaranya paman Hitler.

Saya masih ingat, tiga bulan sebelum ini, tepatnya bulan juli saya melakukan submit abstrak penelitian saya ke acara tersebut untuk menajdi partisipan aktif, yang dengan kata lain jika saya di terima, saya akan memiliki kesempatan untuk ke Eropa, dan Mempresentasikan hasil peneltian sya di depan audience internasional. Hha. Mimpi boleh saja kan?, lalu, ketika awal bulan agustus, saya mendapatkan kabar dari Nardi Sahabat saya bahwa abstrak miliknya (penelitian kami juga) diterima dan mendapatkan undangan untuk Hadir disana. Saya senang sekali bahwa penelitian kami bisa masuk ke acara bergengsi tersebut. Namun sebenarnya saya juga harap harap cemas bagai mana dengan abstrak penelitian yang saya sendiri Submit?. Malam nya saya membuka Email, dan Alhamdulillah, penelitian yang saya ajukan juga berkesempatan untuk dipresentasikan melalui poster di acara tersebut. Keceriaan tidak sampai disitu. Malam itu juga saya mendapatkan kabar dari Mba Rima, dan Mba tari (kawan PKM saya waktu kita bersama ke Makassar) bahwa penelitian mereka juga diterima, dan kami berempat berkesempatan menjadi partisipan aktif di acara tersebut. Puji Syukur Kepada Allah tentunya.

Hari hari berjalan. Keceriaan akhirnya berganti menjadi kebingungan. Bagaimana tidak bingung, jikalau menuju Eropa, berarti kami harus punya VISA, Punya tiket pesawat pergi pulang, punya Asuransi, dan Punya Izin Fakultas tentunya, karena saat itu saat aktif perkuliahan. Jeng jeng… akhirnya kebingungan itu berujuang pada satu masalah klasik setiap manusia, yaitu UANG. Ya kami semua hanya mahasiswa gembel perantauan yang memiliki segudang keinginan dan mimpi, salah satunya adalah ke EROPA. Siapa sih yang tidak ingin merasakan berada di Benua Biru tersebut? Kota kotanya yang klasik, menara Eiffel yang Cantik, cobble stone yang berjejer rapi membentuk jalan setapak dipinggiran kota, dan sungai sungai yang bersih, semua sudah ada di benak kami, namun masalah uang ini adalah masalah yang sangat krusial. Bercermin pada senior kami yang sudahh lebih dahulu berangkat kesana 2 tahun yang lalu. Akhirnya kami bertujuh membuat proposal kegiatan (kok jadi bertujuh, ternyata ada 3 teman lain yang juga di terima abstraknya). Proses pembuatan proposal ini termasuk lama, dan ribet. Maklum birokrasi di Indonesia membuat segalanya menjadi sedikit lebih mudah (banyak susahnya).

Sunset in airport

Yogyakarta, 12 agustus 2017 So this is the end of my (another) journey Selalu ada alasan mengapa seseorang bepergian. Sering kali un...