Hector and the
secrets of love
Dua hari terakhir ini saya sedang membaca buku ini, buku ini
adalah tulisan dari Francois Lelord, seorang psikiatris. Sudut pandang nya
sebagai orang ketiga sungguh mudah dipahami, terutama karena francois adalah
seorang psikiater yang memang sehari hari memahami pola pikir pasien. Ini
adalah buku ke dua yang saya baca, buku pertamanya berjudul “Hector and the
search for happiness” dan sangat menyenangkan juga untuk dibaca. Ini adalah
beberapa hal yang saya sadur langsung dari buku ini.
Francois tua memandang ke arah lautan selagi berbicara,
seakan akan pemandangan laut itu menggugahnya. Dan semua orang menyeimak dalam
keheningan mpenuh.
“Cinta” katanya, “adalah penyakit bagi tubuh yang dibiarkan
oleh pikiran”. Bukan kata kataku sayangnya. Cinta jelas memberikan kesenangan
terbesar kepada kita, walau kata itu kurang tepat. Boleh dibilang, ekstasi
terhebat kita. Tarikan kapada yang lain itu, momen saat impian kita menjadi
nyata, lipahan karunia ketika kita akhirnya memikirkan seseorang yang lain di
luar dari diri kita sendiri, pertemuan tubuh yang menjadikan kita abadi,
setidakya selama sesaat, proses trasformasi sehari hari ditengah kehadiran
orang yang mencintai, ah .... ketika
wajah mereka terukir dihari kita, kecuali terkadang....” dia mendesah. “Cinta
menghadirkan derita, lautan derita ... cinta yang ditolak, cinta yang terlalu
banyak, cinta yang terlalu sedikit, cinta yang mati, astaga ...
“ Apa yang tersisa
dari percintaan kita dahulu?
Apa yang tersisa dari
hari hari cerah itu...
Kegembiraanyang pudar
dan rambut yang tersibak angin
Kecupan curi curi dan
belaian
Apa yang tersisa dari
cinta yang kita kenal
Kumohon sampaikan
padaku sekarang...”