Quasi
experimental in Human Subject
Lecture by
: prof. dr. Iwan Dwiprahasto
Referensi
: slide prof iwan, dan
Oleh : Reagan Resadita
Quasi experimental
Research design itu secara umum Cuma dibagi jadi 2, yaitu ada
observasional dan experimental.
Research design di seputar dunia kedokteran
Cuma di bagi dua, ada deskriptif ada analitikal, dimana anaitikan
di bagi menjadi 2 yaitu observasional dan ekperimental, perbedaannya adlaah
observasional kita hanya mengamati saja apa yang terjadi pada sampel yang kita
teliti. Sedangakan eksperimental kita memberi intervensi kepada sampel. Dan
pada penelitian deksriptif, kita hanya menggambarkan apa yang terjadi pada
kasus kejadian unik, bisa berupa case report, ataupun case series.
Secara umum Meneliti adalah mencari hubungan
sebab akibat akan suatu hal. Nah kalau penelitian analitik, mengkaji hubungan 2
variabel atau lebih. Salah satu jenis penelitian analitik adalah studi adalah
quasi experimental. Quasi experimental ini desain yang kurang familiar, padahal
sadar atau tidak sadar para peneliti sering menggunakan desain ini. Cuma mereka
jarang mengklaim bahwa penelitian mereka ini gak pake quasi. Secara taksonomi
(alah emang tumbuhan) level of evidence dari quasi experimental adalah 2B..
Untuk mengkaji hubungan antara variable, kita
harus tau dulu jika dua buah variable yang diukur, bisa di sebut berhubungan
atau kemungkinan memiliki hubungan “cause
and effect relationship” jika :
1.
Memiliki asosiasi yang kuat
2. Sebab
mendahului akibat
3. Mempunyai
hubungan dan masuk akal secara biologis (kalo misalnya sarung menyebabkan
kanker prostat kan gak jelas gitu)
4. Ada
dose response effect relationship
5. Kalau
exposure dikurangi, maka risiko berkurang.
6. Spesifik
7.
Konsisten à dilakukan
berulang ulang, tetap konsisten
Apa yang harus dimantapkan dalam hubungan sebab akibat?
-
Penyebab harus mendahui akibat
-
Penyebab harus berhubungan dengan
efeknya, (misal : merokok menyebabkan serangan jantung à bisa di
jelaskan scr scientific)
-
Kita gak bisa menemukan penjelasan
lain yang masuk akal untuk akibat selain dari sebab tertentu.
Perbedaan antara quasi experimental dan true
experimental adalah ada atau tidaknya randomisasi, perbedaan penting lainnya
adalah jika pada RCT semua variable dikendalikan semaksimal mungkin. Pada quasi
experimental, tidak semua variable bisa dikendalikan oleh peneliti,sehingga
hubungan cause and effect relation ship masih di pertanyakan.
Secara
pengertain, quasi experimental adalah penelitian dimana peneliti hanya memiliki
sebagian control terhadap variable independent, dan sampel penelitian tidak
dilakukan randomisasi.
Kenapa perlu
ada quasi experimental?
Karena pada saat tertentu ada penelitian yang jika dikerjakan
dengan RCT menjadi
a.
Tidak etis : missal pada penelitian
efek suplementasi besi, masa ada grup yang dikasih placebo, padahal kan efek
dari anemia bisa fatal.
b.
Impractical : misal ttg output
kehamilan yang harus nya SC karena penelitian kita, gak di SC, kan parah banget
tuh…
c.
MAHAL : misalnya diagnosis menggunakan
alat terbaru yang sangat canggih, nah Cuma kelompok yang dianggap akan
memberikan hasil positif aja yg di pakein diagnostic ini, yang lain pake ilmu
kirologi atau perdukunan aja diagnosisnya.. hhaa
d.
Interest in “intact group”
e.
Low external validity (external
validity adalah validitas ketika sebuah penelitian digeneralisasikan kedallam
populasi yang besar)
Pada awalnya, Quasi eksperimental itu
dilaksanakan pada penelitian sosial, kenapa??
1.
Karena
fenomena itu tidak harus dibandingkan, misal : apakah
fenomena pengecaman Julia perez di Palembang, berefek lebih besar, dari pada
efek kekalahan timnas indoneisa melawan Bahrain, terhadap kasus korupsi?? Kan
gak harus dibanding kan tuh (ngelantur).
Contoh dri
prof iwan : tidak harus kan membandingkan bagaimana cara
makan orang jawa dan bali
2.
Tidak
harus ada control
3.
Randomisasi
sulit dilakukan
Pada penelitian di laboratorium,
1.
Pengamatan efek tidak selalu harus
dibandingkan misalnya efek ekstrak X terhadap penurunan suhu demam tikus, kan
gak perlu dibadingkan dengan tikus jenis lain
2.
Keterbatasan scope penelitian
3.
Randomisasi sulit dilakukan : kalo
dikuliah bilang nya gak perlu dilakukan pada hewan coba, tapi kalo setau saya,
di lab juga harus dirandom hewan coba nya, jangan dikelompokan yang keliatan
gemuk semua, atau yg keliatan aktif semua,, makanya di random. Jadi, secara
kasar, kalo penelitian menggunakan tikus, itu gak perlu di random
“perlakuannya” tapi di random “pemilhan tikus nya”, lalu untuk perlakuannya,
tikus itu di kategorikan dlm kelompok2.
4.
Aklimatisasi diasumsikan telah
mengendalikan confouder
Masalah atau kerugian pada quasi ekperimental :
1.
Sulit mencari causal hipotesis
2. Ekstarapolasi
tidak sebagus RCT (sulit untuk meramalkan kemungkinan yang akan terjadi,
sehingga sulit di generalisasi)
3. Tidak
menggambarkan nilai sebenarnya, misal IPK bagus belum tentu orang nya pintar,
bisa aja orang nya minterin “nyontek” atau pas mau ujian semedi dlu sama HSC
jadi bagus nilainya, padahal ya biasa wae.. hahah malah curhat, (karena
evaluasi pendidikan merupakan salah satu bentuk quasi eksperiment.)
4.
Factor perancu akan sulit dikendalikan
Tapi, bagaimanapun juga quasi ini ttp disebut
ekperimen karena cukup menyediakan informasi sebab akibat. Namun, tetap
dipertimbangkan validitas nya. Desain quasi eksperimental tidak memungkinkan
causal inference (penilaian sebab). Yang
termasuk dari quasi eksperimental
a. One group posttest only design
b. Posttest only design with
non-equivalent group
c. One group pretest – post test Design
Mari kita bahas satu persatu.
a.
One
group posttest only design (gak ada pretest, gak ada
control grup)
One shot case study : Kita Cuma mengamati
kejadian yang udah terjadi tanpa tau kenapa sebabnya, misal nya kita melakukan
Visum, nah kita gak bisa nyari sebab akibat, apakah mati tertusuk, ditusuk,
atau menusuk dirinya sendiri, kita Cuma bisa menulis, korban meninggal dengan
ditemukan luka tusukan benda tajam di dada kiri, menembus jantung, merobek
sukma, dan membelah jiwa. Alahhh… Jadi kita gak bisa menuliskan pembunuhan
dilakukan oleh pelaku dngan pisau.
Kapan dilakukan one group post test only design?? Yaitu pada saat pengusutan tindak
criminal, evaluasi pendidikan, sama menganalisis kerusakan lingkungan
b.
Posttest only design with
non-equivalent group
Pada jenis ini, gak ada pretest, yang ada Cuma
post test pasca treatment dibandingkan dengan kelompok lain yang tidak terpapar
treatment. Misal nya pada training sex education anak jalanan di selokan
mataram 2 minggu, perempatan mirota kampus 4 minggu, dan di KFC 8 minggu, dan
di bringharjo 12 minggu, nah, hasilnya bagus yang mana??
Harus nya kan yang 12 minggu lebih baik, tapi
blm tentu, bisa aja ada factor lain yang menyebabkan di mirota kampus lebih
baik hasilnya, misalkan si trainer nya lebih interaktif, anak anak nya sendiri
mau mendengarkan, dan pemberian materi gak ngebosenin.
c. One group pretest – post test Design
atau
yang disebut before after treatment study. Misalnya pada saat sebelum di
treatment obat, urin pasien diambil untuk Uji kreatinin dan ureum, nah 6 jam
pasca treatment, si pasien yang sama di uji lagi kreatinin dan ureumnya. Trus
terlihat peningkatan fungsi filtrasi ginjal. TAPI kita gak bisa ngambil
kesimpulan kalo misalnya obat X ini berfungsi dalam meningkatkan fungsi ginjal,
bisa aja secara statistic hal ini bermakna, tapi statistical significant by
chance. Mungkin kalo pada kelompok lain obat X tidak akan merespon seperti pada
grup yang kita uji.
d.
Pretest-posttest with nonequivalent
control grup.
Jadi
pada jenis yang ini, ada pre test, ada post test, tapi ada pembanding nya.
Kenapa bisa dibilang nonequivalent? Karena tidak ada randomisasi, peneliti
tidak mengotrol assignment (tugas?? ), kedua kelompok bisa aja berbeda,
perbedaan itu bisa aja mempengaruhi outcome. Contoh
gambar bisa dilihat di slide nomer 25-29 :
-
Contohnya gambar 1, slide no 25 bisa
aja outcome treatmen lebih baik, karena dari awal emang udah lebih baik.
Hasilnya
-
Contoh gambar 2 , ada pola interaksi
seleksi maturasi, jadi treatment naik hasilnya, grup control juga naik, misal
pada pekerja yang disiplin dpt bonus dri divisi X, nah trus divisi Y pegawainya
tau, maka grup control (Y) ikutan disiplin.. ini namanya kontaminasi
-
Contoh gambar 3, yang dikasih
treatment malah turun, dibandingkan control. Misalnya kita diajari bahasa latin
nah kan susah tuh, terus aja di jejelin sampe bosen, nanti pada saatnya kita
ujian malah bisa jadi hasilnya turun karena bosennya itu. Jadi ngerjain
semaunya
-
Contoh gambar 4, ini terjadi kesalahan
milih kelompok control, jadi treatment nya naik, tapi kelompok contol ttp lebih
bagus. Misal membandingkan dokter lulusan swasta X, dengan UGM (control), nah
mereka yang dari swasta X bisa aja naik hasil belajarnya setelah belajar mati
matian, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, tapi ttp aja hasilnya dokter ugm lebih
baik (narsis abis), kenapa? Karena milih control nya terlalu tinggi, walau
tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti bisa aja sama haslnya (tapi apa gak
mati duluan tuh belajar terus)
Nah hal hal begini ini yang mempengaruhi
validitas internal
1. History
Adalah hal
hal diluar treatment eksperimen yang terjadi selama studi, diluar control
peneliti tapi mempengaruhi hasil penelitian
2. Maturasi
Perubahan fisik, intelektual, dan emosi yang
dialami partisipan seiring waktu : misal nya metode membaca pada anak SD, ya
seiring waktu dan usia, kemampuan membaca akan meningkat, tanpa ada metode
baru.
3. Testing
Adanya
peningkatan nilai posttest karena udah pretest, misalnya praktikum fisiologi ,
kan soal pretest sama posttest sama tuh, Cuma nambah aja jumlahnya, jadi wajar
kalo nilainya naik, atau contoh gampang lainya adlah test IQ yang soalnya sama
terus.
4. Instrumentasi
Penggunaan
alat yan tidak reliable, atau alatnya tidak valid akibat tidak konsisten nya
alat ukur atau tidak standart nya alat ukur (misalnya apa ya?? hmm tugas
antropometri yang alatnya seadanya, cara ngukurnya sekena nya,, gitu
deh_curhat)
5. Regresi statistic
Kecenderungan
orang utnuk mendapat nilai lebih rendah pada test kedua yang mirip test pertama
dan sebaliknya (mungkin merasa dibodohi oleh soal, atau emang gak ngerti soal pertama,
sehingga pas ketemu soal sebaliknya makin gak ngerti kenapa soal ini keluar
lagi)
6. Perbedaan seleksi peserta
Jadi dari awal, emang peserta dalam grup
control dan treatment udah beda (kan gak di random)
7. Mortalitas
Banyak peserta dari salah satu grup yang Drop
Out sehingga merubah karakteristik grup
8. Selection maturation interaction
Jika
penelitian menggunakan kelompok yang sudah ada sebelum penelitian dimulai, ada
kemungkinan kalo kelompok yang satu lebih diuntungkan dari kelompok lan,
perihal maturasi, riwayat, testing factor, dan lain lain.
Udah
ah itu aja, sisanya baca sendiri ya!, semoga blok yang abstrak dan penting ini
bisa kita lewati dng maksimal
In life You don’t regret the things
you do, you regret the things you Don’t Do.