Entah apa yang sedang terjadi di negara ini, saya tidak mengerti. yang saya tahu, pemberitaan merajalela, artis A ribut dengan Artis B, pejabat A diduga korupsi, dan lain lain. dan yang paling sering saya rasakan dari negara ini adalah GENERALISASI.
akhir akhir ini sedang heboh pemberitaan tentang dokter. ya tentang kriminalisasi, tentang malpraktek, tentang betapa pengobatan alternatif hanya membuahkan pekerjaan ekstra untuk dokter karena komplikasi yang dirasakan oleh pihak tersebut.
we only see what we want to see,we only hear what we want to hearwe only believe what we want to believe
kira kira itu yang saya tangkap dari semua pemberitaan, teriakan para dokter, keluarga pasien, bahkan orang awam yang mungkin hanya ikut2an berkomentar masalah ini. saya bersyukur saya berada di lingkungan dimana ketika saya akan berkomentar atau menuliskan sesuatu, harus ada basic nya, tidak bisa hanya asal comot dari media atau wikipedia. haruslah dari sumber yang relevan, dan "netral" serta berilmu, tidak boleh hanya melihat satu masalah dari satu sisi. beda sudut pandang sudah pasti terjadi dalam hal ini, lucunya, kedua pihak merasa bahwa keduanya sesama menjadi korban.. lalu korban dari siapa? dari apa? entah lah.
indonesia saya rasa sedang memasuki masa masa baru, sedang terjadi krisis kepercayaan dari masyarakat kepada pemerintah, kepada media, kepada pengacara, dan kepada dokter.
hampir ratusan artikel saya baca, mulai dari berisi pendapat, penjelasan hukum, Rencana anggaran pembelanjaan nasional, defensive medicine, sampai kronologis kasus. dan yang saya ketahui adalah bahwa setiap orang meributkan hal yang berbeda. sekelompok besar meributkan tindak kriminalisasi, sebagian lainnya ada yang membicarakan hak pasien dan kewajiban dokter, berhubung sumpah, yang mungkin isi sumpahnya pun dia tidak tahu. sebagian lainnya malah sambung menyambung ke masalah "profesi kebal hukum" lah, "biaya pendidikan lah", komersialisasi lah, hingga bekerja sama dengan pabrik obat. hhaa.. saya semakin bingung. saya rasa debat di media ini gak akan ada juntrungannya.. hampir sama kayak acara debat pengacara atau lawak di tv. semua berakhir tidak bahagia. mungkin lebih baik FTV, semua pihak mendapatkan cintanya masing2, hidup bahagia selama lamanya (korban ftv)
Banyak dari artikel dan komentar komentar pedas itu berkata " coba anda sebagai dokter, posisikan jika keluarga anda yang kena malpraktik" atau "coba anda bayangkan jika keluarga anda yang meninggal", bahkan ada lagi yang komentar "kalau yang meninggal keluarga anda, apakah anda akan berdemo solidaritas kepada "saudara kandung" sejawat anda atau memilih keluarga anda"
dalam pandangan saya, pendapat itu bisa dijadikan cermin bahwa emosi atau keterlibatan emosional akan memerankan peranan penting dalam perspektif seseorang. jika menurut dia itu salah karena melukai orang terkasihnya, atau pihak yang "tampak teraniaya" maka apapun yang terjadi, walaupun yang dilakukan sudah benar tetap salah di mata orang tersebut.
contoh lucunya seperti ini.
ada sepasang kekasih A dan B sedang jogging bersama di taman kota, hingga suatu ketika si A terkena henti jantung mendadak. dan anda adalah seorang non medis yang mengerti apa yang harus dilakukan, yaitu resusitasi jantung paru (karena anda membaca di google, atau mendapat pelatihan dari kampus atau mapala), dengan inisiatif tinggi, anda ingin menolong pasien tersebut, anda memanggil bantuan, memanggil ambulance, mengecek nafas, denyut nadi dan akhirnya melakukan nafas buatan dan pompa jantung (RJP: resusitasi jantung paru). dengan niat yang sangat mulia tersebut anda bilang kepada si B bahwa anda melakukan pertolongan karena si A butuh RJP. si B menangis di sebelah si A, dan beberapa warga datang melihat dan bingung.
anda sadar bahwa apa yang anda lakukan hanya memiliki kemungkinan kecil (kurang dari 20%) untuk berhasil, tapi anda tidak jera berusaha menolong. hingga akhirnya ambulance datang, dan si A telah anda RJP selama 20 menit tapi tidak berhasil, dan dinyatakan meninggal.
si B akhirnya menuntut anda karena anda tidak berhasil menyelamatkannya... dan malah menyebabkan kematian pada si A. kegiatan ini dibawa ke pidana, dan anda diputuskan hukuman karena menolong dan gagal.
ditambah datanglah awak media datang dan membuat berita yang terbaharui setiap menitnya dengan judul yang WOW "seorang Pria menolong warga yang pingsan, namun meninggal" disusul berita lain yang juga provokatif "Pria 'penolong' maut itu adalah warga biasa yang dapat pelatihan dasar" disusul lagi berita lain "seorang warga yang pingsan meninggal, karena penolong ini gagal"
namun anda defensive dengan bilang, bahwa saya mencoba menolong, kemungkinan RJP untuk berhasil memang rendah, dan berbagai alasan lainnya yang memang BENAR. namun apa yang dilihat si A dan keluarga serta warga adalah anda menolong dan gagal hingga menyebabkan pasien meninggal. yang dilihat bukan lah " anda telah berusaha menolong sesuai prosedur dengan benar, dan pasien tetap meninggal karena sebab yang tidak bisa diprediksi"
see?? we only se what we want to see..
lucu bukan hidup dinegara ini? mungkin kalo hal ini menimpa saya, saya akan berifkir gak usah nolong, biarkan takdir yang disalahkan atas kematian si A.
so, sudahkan anda berfikir dari sisi sebelahnya, ketika anda adalah penolong nya?
banyak lagi kejadian lucu menurut saya
"pasien butuh dokter, tapi dokter lebih butuh pasien" kata seorang dalam akun twitternya. hhaa.. twitter kok dibawa serius banget, orang yang ngurusin negara aja kadang gak serius. hhaa.. tapi tiba tiba saya berfikir lagi.
" pasien butuh dokter, tapi dokter lebih butuh pasien" yo wis toh kalo memang saling membutuhkan gak usah sok sok nyalahin. ibarat sepasang kekasih (lagi), si C dan si D .
si C bilang " aku butuh kamu, tapi kamu lebih butuh aku" si D pun berpikiran yang sama. gak ada juntrungannya, akhirnya putus, bubar, dan dua duanya sama sama terluka. lalu datanglah pernyataan atau berita "dalam kamus hidup saya, saya tidak perlu dokter, masih ada google dan pengobatan alternatif, saya bisa sembuh dengan itu" yah kira kira kalo pernyataan ini sama kayak." aku gak butuh di D, masih ada si E dan F" dimana si E ini terkenal PHP, dan si F ini terkenal suka tebar janji palsu dan matre. akhirnya apa? si C terluka lebih parah, dan kembali ke pelukan si D. namun D masih menerimanya, dan mau memperbaiki hubungannya, mengobati si C yang terluka dan bangkrut karena si E dan F. namun akhirnya apa? si C meninggal, keluarga si C sedih, begitu pula si D terluka.
hubungan yang aneh memang.
seharian kemarin saya membaca berita yang simpang siur, melihat pemberitaan yang menyudutkan, melihat acara tv yang kurang berimbang, dan terbentuk lah dalam benak saya bahwa masyarakat sudah tidak lagi percaya dengan dokter.
namun muncul berita di TV "seorang warga kecewa karena tidak mendapat pelayanan di poli jantung" dan berita lain lain. saya juga jika menjadi orang tersebut akan marah, dan kecewa. saya memikirkan hak saya untuk berobat tidak terpenuhi karena dokternya menggelar aksi solidaritas. apalagi jika posisi saya sedang sakit. yang saya percaya adalah dokter ini melanggar hak saya untuk berobat, tanpa berfikir. dokter juga punya hak untuk mengungkapkan suaranya. sama seperti saya yang juga pasti ingin pendapatnya didengar. namanya juga orang sakit, pasti tidak berfikiran secara jernih. ah sudah lah.. kadang media saja yang lebai dalam memberitakannya. tapi toh masih "ada" orang yang percaya kepada dokter ternyata. begitu juga saya percaya.
jika kemarin seharian saya membaca berita yang gak jelas juntrungannya. hari ini saya ke puskesmas. disini saya lihat, masih banyak warga desa ini masih pergi untuk berobat, masih sangat menghormati dokternya. dan bahkan dokter yang berdiskusi dengan saya masih sangat muda, dan terlihat lembut, mau menjelaskan setiap detailnya kepada pasien lansia di sebelah saya yang mungkin saja "kurang" berpendidikan. dia menjelaskan sedetail mungkin. jika saya dalam posisinya mungkin saya udah malas menjelaskan hal2 begitu, apalagi yang mengantri banyak sekali.
sempat kesal ketika mengantri, karena dokter memeriksa pasien itu lama sekali memberikan konsultasi dan saran yang detail. hal ini biasa yang sering dikeluhkan pasien. tapi saya juga pasti ingin dikonsulkan lebih lama oleh dokter itu, sejelas2nya tentang penyakit saya, tentang cara minum obat, dan makan, tanpa memikirkan perasaan orang yang antri di belakang saya. see?? kira kira gitu kali ya.
saya yakin, dokter2 masih mau memberikan pelayanan terbaiknya. seperti yang saya lihat hari ini di puskesmas. dan saya juga yakin masyarakat masih banyak yang percaya.
buat para dokter dan calon dokter sekalian, tetap semangat untuk belajar demi orang orang yang "masih" percaya terhadapmu.
its better to not knowing at all, than half knowing.