#EuroTrip -- Mimpi saja tidak cukup, BERJUANG!!
Rasanya
baru kemarin saya sampaikan kepada ibu saya, bahwa saya sedang mencari “tiket”
ke Eropa. Dan Hari ini, pukul 2 siang saya beserta 5 orang teman saya sudah di
pesawat menuju bandara Soekarno Hatta cengkareng.
Menunggu
antrian merupakah hal cukup melelahkan, namun hal itu tidak lagi saya pikirkan,
saya hanya berpikir, bahwa besok pagi saya sudah di AMSTERDAM. Ya amterdam
belanda, Eropa. Dalam konteks yang sebenarnya.
Tujuan
keberangkatan saya yang utama adalah untuk menghadiri European Students’
Conference di Berlin, German. Negaranya paman Hitler.
Saya
masih ingat, tiga bulan sebelum ini, tepatnya bulan juli saya melakukan submit
abstrak penelitian saya ke acara tersebut untuk menajdi partisipan aktif, yang
dengan kata lain jika saya di terima, saya akan memiliki kesempatan untuk ke
Eropa, dan Mempresentasikan hasil peneltian sya di depan audience
internasional. Hha. Mimpi boleh saja kan?, lalu, ketika awal bulan agustus,
saya mendapatkan kabar dari Nardi Sahabat saya bahwa abstrak miliknya
(penelitian kami juga) diterima dan mendapatkan undangan untuk Hadir disana.
Saya senang sekali bahwa penelitian kami bisa masuk ke acara bergengsi
tersebut. Namun sebenarnya saya juga harap harap cemas bagai mana dengan
abstrak penelitian yang saya sendiri Submit?. Malam nya saya membuka Email, dan
Alhamdulillah, penelitian yang saya ajukan juga berkesempatan untuk
dipresentasikan melalui poster di acara tersebut. Keceriaan tidak sampai
disitu. Malam itu juga saya mendapatkan kabar dari Mba Rima, dan Mba tari
(kawan PKM saya waktu kita bersama ke Makassar) bahwa penelitian mereka juga
diterima, dan kami berempat berkesempatan menjadi partisipan aktif di acara
tersebut. Puji Syukur Kepada Allah tentunya.
Hari
hari berjalan. Keceriaan akhirnya berganti menjadi kebingungan. Bagaimana tidak
bingung, jikalau menuju Eropa, berarti kami harus punya VISA, Punya tiket
pesawat pergi pulang, punya Asuransi, dan Punya Izin Fakultas tentunya, karena
saat itu saat aktif perkuliahan. Jeng jeng… akhirnya kebingungan itu berujuang
pada satu masalah klasik setiap manusia, yaitu UANG. Ya kami semua hanya
mahasiswa gembel perantauan yang memiliki segudang keinginan dan mimpi, salah
satunya adalah ke EROPA. Siapa sih yang tidak ingin merasakan berada di Benua
Biru tersebut? Kota kotanya yang klasik, menara Eiffel yang Cantik, cobble
stone yang berjejer rapi membentuk jalan setapak dipinggiran kota, dan sungai
sungai yang bersih, semua sudah ada di benak kami, namun masalah uang ini
adalah masalah yang sangat krusial. Bercermin pada senior kami yang sudahh
lebih dahulu berangkat kesana 2 tahun yang lalu. Akhirnya kami bertujuh membuat
proposal kegiatan (kok jadi bertujuh, ternyata ada 3 teman lain yang juga di
terima abstraknya). Proses pembuatan proposal ini termasuk lama, dan ribet.
Maklum birokrasi di Indonesia membuat segalanya menjadi sedikit lebih mudah
(banyak susahnya).
Saya rasa tidak usahlah kami
membicarakan proses susahnya meminta bantuan dana dan sponsor, intinya selama
kita berusaha, tentu kita akan bisa mencapainya. Selesai pembuatan proposal,
kami mulai mengurus keperluan Visa, dan lain lain.
Hidup
adalah Risiko, if you never failed you never lived. Kira kira bgitu bunyi dari
quotes yang saya baca.
Kami
mengambil risiko mengurus Visa Schengen, membayar biaya konferensi, dan
asuransi semua bernilai kira kira 2,2 juta. Ya itu adalah taruhan risiko yang
kita ambil, padahal kami juga tidak tahu, apakah kami akan berangkat atau
tidak, memandang nilai kurs Euro yang mahal( sudah berasa pengamat ekonomi
saja) dan juga Tiket pesawat yang sangat mahal, rata rata harga tiket pesawat
adalah 12-15 juta rupiah. Hmm… pilihan yang berat, namun saya tetap mencoba.
Saat itu saya beranikan diri untuk bilang kepada orang tua saya akan berangkat
ke Eropa. Orang tua saya kaget dan tentu merasa senang, bahwa anaknya yang gila
dan aneh sendiri ini mendapat undangan untuk mempresentaiskan hasil
penelitiannya di kancah internasional. Siapa yang tidak bangga??namun saya
mengeluhkan masalah pendanaan, ayah saya hanya menjawab “ coba sebisa kamu,
bapak akan bantu semaksimal bapak bisa”. Saya senang ketika mendengar itu, saya
tahu ayah saya tidak main main dalam percakapannya, ketika dia bilang berangkat,
maka apapun risiko financial yang akan ia tanggung untuk anaknya, dia Siap.
Proses
pembuatan visa yang panjang dan melelahkan, ditambah biaya yang cukup mahal
bagi kami mahasiswa gembel, merupakan hal yang sangat mengesankan. Apalagi
ditambah petugas pembuat visa yang lebih mirip ibu ibu jualan bahan bangunan
dengan suara lantang, dan logat cina.
Tidak
hanya itu, proses pengajuan dana ke fakultaspun terkendala oleh tanda tangan,
hah, masalah klasik, sudahlah tidak usah kita bahas.
Hingga
tiba saatnya, ketika saya sudah berusaha, saya sudah berdoa, saya sudah
berusaha mengejar mimpi saya untuk bisa berkunjung ke benua eropa sana dengan
kemampuan yang saya miliki. Saya pasrah ketika pendanaan ini memang tidak
mencukupi dari apa yang kami targetkan.
Manusia
berusaha, Allah yang mengabulkan segalanya.
Akhirnya,
orang tua saya memutuskan untuk membantu setengah pendanaan yang akan saya
tanggung, itu berarti saya hanya menanggung beberapa juta saja, karena beberapa
juta lainnya di tanggung pihak fakultas, dan DIKTI. Akhirnya positif bahwa saya
akan berangkat, Dengan semua kesiapan keimigrasian sudah di tangan. Tiket
pesawat akhirnya mendapatkan jawaban dari pihak garuda bahwa mereka memberikan
bantuan karena sedang promo buy one get one free, yang artinya setiap orang
hanya akan dikenakan biaya 10.500.000 setelah pajak. Cukup murah dibandingkan
dengan teman saya yang Dari Universitas lain membeli tiket ke eropa seharga 19
juta rupiah.
Banyak
banyak bersyukur dan Allah akan menambahkan nikmat mu.
Hingga
tiba hari ini, 14 September 2012 dimana saya sedang duduk di ruang tunggu
Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta untuk berangkat ke eropa malam nanti
menggunakan Garuda Indonesia. Mungkin orang akan bilang, semuanya seperti mimpi
ketika saya bisa ke sana. Namun saya bilang, bahwa rasa ke Eropa kali ini
(kenapa kali ini,karena saya berjanji akan kembali lagi ke Benua bIru itu)
adalah, rasa Perjuangan, tetes Keringat, air mata, dan persahabatan.
Membayangkan perjalanan panjang selama 10 hari di Benua orang yang jarangnya
puluhan ribu mil dari Rumah. Sangat menggoda.
Eropa,
Im coming.