Malam itu saya
baru saja menjenguk seorang teman saya yang sakit di pucuk gunung merapi halah
halah.. sok jauh, padahal ya emang jauh walau gak sampai merapi juga sih..
Ceritanya dia
muntah darah, panic donk sebagai seorang teman, akhirnya saya mengajak teman
saya yang lain untuk menjenguknya. Sesampainya di rumah dia sedang nonton tv
dan terlihat lumayan lemas, mungkin karena efek mual nya. Untung sebelum berangkat
saya sempat membeli beberapa makanan, jus kotak, dan pocari sweat. Saya tahu
rasanya mual gak ketolongan kayak apa. Singkat cerita kami melakukan intevensi
yang mungkin agak aneh di lakukan. Hhaa tapi tidak apa apa, kami tidak di
gerebek polisi seperti kasus raffi ahmad juga. Hhaa
Selesai melakukan
hal hal aneh, dia kembali tiduran, dan saya ambil posisi di treadmill nya. Oke siip.
Teman macam apa ya kalau di pikir pikir, dia sakit saya sibuk treadmill. Tapi tak
apa dia juga mengijinkan kok. Akhirnya saya EHITT sebanyak 3 siklus, dan
keringatan mengocor deras. Teman saya yang lain Cuma bisa takjub dan merasa
heran dan bingung. Itu makhluk kenapa malem2 udah mau jam 9 malem masih lari
lari kayak marmut di kandang kali ya. Hhha selesai 3 siklus saya duduk2 minum
dan nonton tv bersama hhaa.. tiba tiba terdengar suara hujan dari luar. Great,
hujan di pucuk gunung ini (padahal jarak rumahnya gak jauh jauh amat dari kota
menurut saya) tapi saya senang saja menyebutnya pucuk biar berasa anak Pencinta
alam. Jam 10 saya dan teman saya yang lain memutuskan untuk pulang. Cus hujan
hujanan dari pucuk gunung. Awalnya saya tidak pakai jas hujan karena Cuma rintik2
tapi ternyata ditengah jalan hujan tambah besar dan akhirnya pake deh.
Sebeneranya itu Cuma
introduksi, introduksinya aja sepanjang itu, minta di lempar. Hha
Cerita sebenarnya
yang mau saya ceritakan adalah tentang bu Sukamti, siapa dia? Mengapa harus
dia? Apa hubungan saya dengan dia? #alaInfotainment
Saat saya sudah
mengantar teman saya pulang, tiba tiba saja terasa ban motor belakang kempes,
dan ternyata benar dugaan saya, bocor. Saat itu saya di ringroad utara jogja. Akhirnya
saya memutuskan melewati gejayan sambil berharap terdapat tempat tambal ban
yang masih buka jam 10.30 malam. Sambil berdoa ditengah keromantisan hujan
supaya ada tambal ban yang buka.
Tiba tiba saya
melihat secerca cahaya di jalan gejayan. Disitulah kami pertama kali bertemu,
ya bu Sukamti adalah pemilik tambal ban disitu, beliau mengerjakan sendiri
semuanya, mulai dari membuka ban, menambal, sampai memasang lagi. Oke saya
speechless segitu beratnya perjuangan seorang ibu untuk menghidupi anak nya.
Saya tidak bisa
menjudge bahwa anaknya (pria) yang juga ada di situ, mungkin seusia 18-22
tahunan lah hanya bisa ber-sms-ria dengan indah nya disaat ibunya menambal 3
motor. Saya heran dan cukup sedih. Seketika saya ingat ibu saya di rumah,
apakah saya bisa berlaku sejahat itu pada beliau. Semoga tidak.
Bu sukamti ini
gigih, saya tau dari pajangan yang ada di bengkel tambal ban nya yang
sederhana. Saya melihat terdapat sertifikat penghargaan “pejuang kartini” yang disematkan kepada beliau sebagai tukang
tambal ban wanita. Rasanya haru, dan sedih bercampur bangga ketika melihatnya. Beberapa
saat saya sempat berbincang2 dengan beliau dan beliau adalah orang yang sangat
ramah. Sampai saat saya posting-an ini, saya masih ingat betul, betapa beliau
di tengah hujan lebat di jogja dan tengah malam masih buka lapaknya untuk terus
menghidupi anak anak nya. Semoga beliau selalu di berkahi Kesehatan dan rezeki
yang lancar oleh Allah SWT. Aamiin.
Untuk para ibu di
dunia, selamat hari ibu, setiap hari adalah hari ibu bagi saya.