Thursday, September 23, 2010

menjadi insan pers yang cerdas


kadar subjektifitas dalam tulisan ini 90 %

Sudah sejak lama kita ketahui bahwa pers Indonesia menganut system kebebasan. Hal ini menjadi begitu nyatanya ketika kekangan orde baru akan pers berakhir. Ya tepatnya masa reformasi 1998 telah mengubah system, hampir disegala bidang, entah siap atau tidak, terjadilah perubahan itu.
Pers sendiri memiliki peranan yang penting dalam urusan kenegaraan. Tidak berlebihan ketika pers disebut sebut menjadi penghubung antara pemerintah dan rakyat, dengan pers masyarakat mengetahu kinerja pemarintah, dan dengan pers pemerintah mengertahui keinginan masayarakat dan hal hal yang terjadi antara keduanya. Tetapi belakangan ini kalau kita perhatikan, insan pers manapun hanya menjual tidak lebih dari berita, ya berita yang hanya laku untuk di jual, bukan berita yang benar benar actual, penting dan informative, terlebih untuk kemajuan bangsa ini.
Betapa kita lihat pers lebih sering memojokan pemerintahan, tanpa mengerti lebih jauh keadaanya, “seperti mereka bercerita tetapi tidak mengerti esensi dari cerita itu sendiri apa artinya, seberapa penting berita itu” memojokan kasus kedokteran tanpa memperhatikan makna dan tujuan. suatu contoh simpel " ketika seorang anak mengalami obstruksi (sumbatan pada saluran cerna bagian bawah atau atresia ani (tidak terbentuk anus), maka makanan ataupun minuman yang masuk akan menumpuk dan tidak bisa dibuang sehingga makanan yang telah dicerna membusuk dan memenuhi perut pasien, sehingga dokter meindak lanjuti dengan operasi colostomy (pembukaan usus besar sebagai jalan keluar feses sementara). hal ini dilakukan sebagai upaya pengeluaran feses sementara, sampai si pasien siap mengkondisikan diri untuk oprasi selanjutnya. tetapi kebanyakan hal ini dibertakan sebagai kondisi mal praktek. tidak jauh kasus prita yang begitu digembor gemborkan oleh pers yang jika kita lihat di peraturan kedokteran bahwa hasil laboratorium yang tidak valid atau gagal check boleh untuk tidak diperlihatkan kepada pasien yang bersangkutan untuk menghhindari kesalah pahaman. jauh dari hal tersebut Mereka lebih senang memberitakan hal hal yang negative(bencana, criminal, info seputar artis, dll) dari pada berita yang positif. Hal ini dirasakan karena masyarakat Indonesia lebih menyukai berita seperti itu, sehingga berita seperti itulah yang , mereka cari, dan mereka jual, demi motif ekonomi semata.
Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan “mereka insan pers” karena pada hakikatnya mereka berjualan layaknya pebisnis yang mencari permintaan pasar terbesar dari rakyat. Tapi apakah hal ini menjadikan bahwa kita peluang pasar untuk berita berita yang negative dan menjadikan pikiran kita lebih mudah untuk berfikir negative. Mengapa mereka sangat jarang memberitakan hal hal seputar prestasi Indonesia, anak anak berbakat, keunggulan pemerintah, system kesehatan rumahsakit terbaik. Entah apakah berita juga sudah menjadi bisnis yang mengiurkan, yang hanya menjual apa yag diinginkan pasar serta menutupi hal hal indah dibalik bobroknya negeri ini?.
Untuk menjadi indan pers yang cerdas, ada beberapa langkah yang bisa diambil, diantaranya memahami kasus yang akan diberitakan melebihi yang lain, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Memahami kasus dari beberapa sudut pandang, jangan hanya memikirkan nilai ekonomis dari suatu berita. Pintar pintar memadukan bahasa yang universal, sehingga tidak terjadi miskomunikasi antara yang memnulis dan membaca berita. Karena bahasa bisa menyembunyikan fakta yang begitu penting jika tidak dioleh secara benar, dan sebaliknya.
Lalu apakah kita mau menjadi insan pers yang cerdas? Yang tidak hanya menulis berita demi keuntungan ekonomis? tanpa motif motif golongan didalamnya sehingga memojokan orang lain tanpa mengerti masalah yang sebenarnya terjadi? Ini lah insan pers yang sesungguhnya yang bersifat sangat objektif terhadap suatu permasalahan tanpa menitik beratkan sudut pandangnya di sebelah sisi.
Bangsa ini sudah cukup terpuruk akan masalah masalahnya, jangan lah kita menambahkan keterpurukan itu dengan pemberitaan yang aneh aneh, yang membuat opini opini negative atau pun prasangaka buruk. Jangan menambah konflik.
Itulah mengapa tuhan memberi kita akal pikiran, agar kita senantiasa memikirkan hal yang akan kita lakukan. Itu juga lah yang membedakan kita dengan binatang yang hanya memiliki motif makan, minum dan berkembang biak, serta daerah kekuasaan atas yang lain. Sadarkah kita jika motif ekonomi yang melatar belakangi berbagai hal di dunia ini akan berujung pada harta, makan, minum, dan kekuasaan?? Serupa dengan binatang bukan??. Jelas tidak. Hanya akal pikiran dan hati nurani kita yang bisa menjawab pertanyaan itu, dan setiap individu memiliki jawaban yang berbeda.
Semoga kita bisa menjadi insan yang cerdas, yang konstruktif, yang bisa membuat bangsa ini tersenyum karena bangga telahh memiliki pemuda bangsa yang seperti kita.
Bung karno perna berkata “ berikan aku sepuluh pemuda dan aku akan mengungcang dunia” kitakah pemuda yang dimaksud?
Ini juga merupakan salah satu peran pers yang tidak hanya mencekoki pemuda pemuda dengan berita berita lebai negativnya tetapi juga membuka mata kita akan pentingnya peran pemuda dalam membangun negeri ini.
Semoga Allah SWT selalu menjadikan kita sebagai orang yang tidak zalim serta senantiasa membenahi diri kearah yang lebih baik, demi diri kita sendiri, orang sekitar kita, bangsa kita, dan agama kita.

Sunset in airport

Yogyakarta, 12 agustus 2017 So this is the end of my (another) journey Selalu ada alasan mengapa seseorang bepergian. Sering kali un...