Tuesday, January 1, 2013

#EuroTrip -- Mimpi saja tidak cukup, BERJUANG!!


#EuroTrip -- Mimpi saja tidak cukup, BERJUANG!!

Yogyakarta, 14 September 2012




Rasanya baru kemarin saya sampaikan kepada ibu saya, bahwa saya sedang mencari “tiket” ke Eropa. Dan Hari ini, pukul 2 siang saya beserta 5 orang teman saya sudah di pesawat menuju bandara Soekarno Hatta cengkareng.

Menunggu antrian merupakah hal cukup melelahkan, namun hal itu tidak lagi saya pikirkan, saya hanya berpikir, bahwa besok pagi saya sudah di AMSTERDAM. Ya amterdam belanda, Eropa. Dalam konteks yang sebenarnya.

Tujuan keberangkatan saya yang utama adalah untuk menghadiri European Students’ Conference di Berlin, German. Negaranya paman Hitler.

Saya masih ingat, tiga bulan sebelum ini, tepatnya bulan juli saya melakukan submit abstrak penelitian saya ke acara tersebut untuk menajdi partisipan aktif, yang dengan kata lain jika saya di terima, saya akan memiliki kesempatan untuk ke Eropa, dan Mempresentasikan hasil peneltian sya di depan audience internasional. Hha. Mimpi boleh saja kan?, lalu, ketika awal bulan agustus, saya mendapatkan kabar dari Nardi Sahabat saya bahwa abstrak miliknya (penelitian kami juga) diterima dan mendapatkan undangan untuk Hadir disana. Saya senang sekali bahwa penelitian kami bisa masuk ke acara bergengsi tersebut. Namun sebenarnya saya juga harap harap cemas bagai mana dengan abstrak penelitian yang saya sendiri Submit?. Malam nya saya membuka Email, dan Alhamdulillah, penelitian yang saya ajukan juga berkesempatan untuk dipresentasikan melalui poster di acara tersebut. Keceriaan tidak sampai disitu. Malam itu juga saya mendapatkan kabar dari Mba Rima, dan Mba tari (kawan PKM saya waktu kita bersama ke Makassar) bahwa penelitian mereka juga diterima, dan kami berempat berkesempatan menjadi partisipan aktif di acara tersebut. Puji Syukur Kepada Allah tentunya.

Hari hari berjalan. Keceriaan akhirnya berganti menjadi kebingungan. Bagaimana tidak bingung, jikalau menuju Eropa, berarti kami harus punya VISA, Punya tiket pesawat pergi pulang, punya Asuransi, dan Punya Izin Fakultas tentunya, karena saat itu saat aktif perkuliahan. Jeng jeng… akhirnya kebingungan itu berujuang pada satu masalah klasik setiap manusia, yaitu UANG. Ya kami semua hanya mahasiswa gembel perantauan yang memiliki segudang keinginan dan mimpi, salah satunya adalah ke EROPA. Siapa sih yang tidak ingin merasakan berada di Benua Biru tersebut? Kota kotanya yang klasik, menara Eiffel yang Cantik, cobble stone yang berjejer rapi membentuk jalan setapak dipinggiran kota, dan sungai sungai yang bersih, semua sudah ada di benak kami, namun masalah uang ini adalah masalah yang sangat krusial. Bercermin pada senior kami yang sudahh lebih dahulu berangkat kesana 2 tahun yang lalu. Akhirnya kami bertujuh membuat proposal kegiatan (kok jadi bertujuh, ternyata ada 3 teman lain yang juga di terima abstraknya). Proses pembuatan proposal ini termasuk lama, dan ribet. Maklum birokrasi di Indonesia membuat segalanya menjadi sedikit lebih mudah (banyak susahnya).


          Saya rasa tidak usahlah kami membicarakan proses susahnya meminta bantuan dana dan sponsor, intinya selama kita berusaha, tentu kita akan bisa mencapainya. Selesai pembuatan proposal, kami mulai mengurus keperluan Visa, dan lain lain.

Hidup adalah Risiko, if you never failed you never lived. Kira kira bgitu bunyi dari quotes yang saya baca.

Kami mengambil risiko mengurus Visa Schengen, membayar biaya konferensi, dan asuransi semua bernilai kira kira 2,2 juta. Ya itu adalah taruhan risiko yang kita ambil, padahal kami juga tidak tahu, apakah kami akan berangkat atau tidak, memandang nilai kurs Euro yang mahal( sudah berasa pengamat ekonomi saja) dan juga Tiket pesawat yang sangat mahal, rata rata harga tiket pesawat adalah 12-15 juta rupiah. Hmm… pilihan yang berat, namun saya tetap mencoba. Saat itu saya beranikan diri untuk bilang kepada orang tua saya akan berangkat ke Eropa. Orang tua saya kaget dan tentu merasa senang, bahwa anaknya yang gila dan aneh sendiri ini mendapat undangan untuk mempresentaiskan hasil penelitiannya di kancah internasional. Siapa yang tidak bangga??namun saya mengeluhkan masalah pendanaan, ayah saya hanya menjawab “ coba sebisa kamu, bapak akan bantu semaksimal bapak bisa”. Saya senang ketika mendengar itu, saya tahu ayah saya tidak main main dalam percakapannya, ketika dia bilang berangkat, maka apapun risiko financial yang akan ia tanggung untuk anaknya, dia Siap.

Proses pembuatan visa yang panjang dan melelahkan, ditambah biaya yang cukup mahal bagi kami mahasiswa gembel, merupakan hal yang sangat mengesankan. Apalagi ditambah petugas pembuat visa yang lebih mirip ibu ibu jualan bahan bangunan dengan suara lantang, dan logat cina.

Tidak hanya itu, proses pengajuan dana ke fakultaspun terkendala oleh tanda tangan, hah, masalah klasik, sudahlah tidak usah kita bahas.

Hingga tiba saatnya, ketika saya sudah berusaha, saya sudah berdoa, saya sudah berusaha mengejar mimpi saya untuk bisa berkunjung ke benua eropa sana dengan kemampuan yang saya miliki. Saya pasrah ketika pendanaan ini memang tidak mencukupi dari apa yang kami targetkan.

Manusia berusaha, Allah yang mengabulkan segalanya.

Akhirnya, orang tua saya memutuskan untuk membantu setengah pendanaan yang akan saya tanggung, itu berarti saya hanya menanggung beberapa juta saja, karena beberapa juta lainnya di tanggung pihak fakultas, dan DIKTI. Akhirnya positif bahwa saya akan berangkat, Dengan semua kesiapan keimigrasian sudah di tangan. Tiket pesawat akhirnya mendapatkan jawaban dari pihak garuda bahwa mereka memberikan bantuan karena sedang promo buy one get one free, yang artinya setiap orang hanya akan dikenakan biaya 10.500.000 setelah pajak. Cukup murah dibandingkan dengan teman saya yang Dari Universitas lain membeli tiket ke eropa seharga 19 juta rupiah.

Banyak banyak bersyukur dan Allah akan menambahkan nikmat mu.

Hingga tiba hari ini, 14 September 2012 dimana saya sedang duduk di ruang tunggu Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta untuk berangkat ke eropa malam nanti menggunakan Garuda Indonesia. Mungkin orang akan bilang, semuanya seperti mimpi ketika saya bisa ke sana. Namun saya bilang, bahwa rasa ke Eropa kali ini (kenapa kali ini,karena saya berjanji akan kembali lagi ke Benua bIru itu) adalah, rasa Perjuangan, tetes Keringat, air mata, dan persahabatan. Membayangkan perjalanan panjang selama 10 hari di Benua orang yang jarangnya puluhan ribu mil dari Rumah. Sangat menggoda.

Eropa, Im coming. 

Sunset in airport

Yogyakarta, 12 agustus 2017 So this is the end of my (another) journey Selalu ada alasan mengapa seseorang bepergian. Sering kali un...