Thursday, August 3, 2017

Airport gateway

 
Traveling sendiri buat sebagian orang aneh, tapi buat sebagian yang lain baik baik saja. Tidak jarang saya jalan sendiri, airport, stasiun, terminal, pelabuhan semuanya sudah saya coba. 

Dari sekian banyak perjalanan yang sudah saya lalui, baik itu murni karena traveling, sekolah, pekerjaan, maupun pure nyasar, saya selalu suka duduk sendirian di bandara dan pelabuhan karena itu memberikan saya banyak waktu untuk berfikir dan merenung tetnag banyak hal, kalau di terminal saya cenderung protektif dan siaga terhadap dompet, hape dan barang bawaan saya. Kadang saya duduk disini dan memgamati orang orang disekitar, mendengarkan apa yang mereka bicarakan, sesekali mendengarkan suara lain selain suara pikiran saya sendiri, biar gak gila sama pikiran sendiri

Malam ini saya sedang duduk di terminal 2F bandara internasional soekarno hatta, sekumpulan anak muda mungkin berusia sekitar 19-25 tahun dan berbahasa spanyol (I guess)sedang berbincang bincang, saya juga kurang paham apa yang mereka bicarakan, jelas saja saya tidak bisa berbahasa spanyol. Namun dari gerak gerik yang saya lihat mereka tampak nya sedang membicarakan tujuan mereka berikutnya. Ada 5 orang dalam kelompok ini, 2 diantaranya saya tebak sebagai pasangan, dan satu nya jelas merupakan porter (kuli angkut) hhaaa, bukan bukan, saya rasandia hanya sebatas teman yang masih single. Kulit mereka merah terbakar matahari, saya tebak mereka memang sengaja menghabiskan summer di indonesia. Beberapa dari mereka bercelana batik dan menjinjing tas batik yang biasa saya lihat di malioboro. Saya tebak perjalanan mereka kali ini sudah melewati kota jogjakarta. Entah apa yang mereka bicarakan dan entah kemana lagi tujuan mereka. Kembali ke negara asalnya kah? Atau masih terus berjalan mengelilingi indonesia? 
Yang jelas saya salut dan setengah iri kepada mereka yang berani jalan2 jauh menyebrangi hampir separuh dunia menuju indonesia untuk liburan. Saya selalu berfikir, kapan kira kira saya yang bisa Di posisi mereka, menenteng ransel, memegang passport di bandara negara mereka. Ah andai saja jalan jalan semudah itu. 

I always believe that "we are only one decision away from totally different life". Mungkin kalau saya berani resign dari pekerjaan saya sekarang, mengepack tas saya dan membeli tiket satu arah entah kemanapun itu, jalan hidup "normal" saya bakal berubah. Ya walaupun sebenarnya hidup saya tidak normal normal amat sih, terutama untuk sebagian orang lain. Namun sampai saat ini sih itu masih berupa angan angan (i hope one day in can do that). Sampai sejauh ini sih yang saya amati orang orang masih menjadi "material person" yaitu orang orang yg terikat secara materi. Toh kalau kita tidak terlalu memiliki banyak barang, akan dengan mudah nya kita berpindah dari satu tempat ke tempat lain, namun ternyata tidak semudah itu sebagian orang terikat secara emosional terhadap orang lain sehingga mereka akan sulit berpindah dari satu titik menuju titik lain. perhaps the heaviest things we lift are not weights but our feels. Kalau di pikir pikir omongan saya sudah terlalu ngalor ngidul. Sudahi saja lah ya. Pesawat saya juga nampaknya sudah mau berangkat dan saya harus segera masuk gate. 

Sunset in airport

Yogyakarta, 12 agustus 2017 So this is the end of my (another) journey Selalu ada alasan mengapa seseorang bepergian. Sering kali un...