Monday, February 1, 2010

UGM Sebagai Lingkungan Belajar Jalan Kaki ke Kampusku Kok Nggak Sehat Ya

UGM Sebagai Lingkungan Belajar
Jalan Kaki ke Kampusku Kok Nggak Sehat Ya?
Sekali mendengar nama Universitas Gadjah Mada atau terkenal dengan singkatan UGM masyarakat akan langsung memberi respon bahwa itu merupakan kampus yang besar, tua dan yang pasti mutunya pun bagus dan tak diragukan lagi yang mampu dan bisa berkuliah disana adalah orang-orang pintar yang dipilih melalui seleksi yang ketat. Kita patut bangga, bahkan orang yang tidak dapat bersekolah disini memandang tinggi universitas kita tercinta ini apalagi kita yang sebagai bagian darinya. Jujur saja sewaktu pertama kali saya datang ke kampus UGM(saat study tour SMA) memang terlihat sangat megah, mewah, dan pastinya saya berfikir sangat menyenangkan dan nyamannya belajar di sini dengan fasilitas yang terlihat sangat komplit menurut penjelasan dari tentor yang mempromosikan kampus ini. Namun, selang beberapa hari saya berkuliah di UGM kok kampusnya kaya gini yah.(?)..
Saya adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Prodi Ilmu Keperawatan Gigi. Sebagai mahasiswa yang berjalan dari kos sampai ke kampus meskipun kos saya tidak terlalu jauh saya merasa sama sekali tidak nyaman begitu menginjakkan kaki saya di jalan raya dengan kondisi yang tidak bisa dibilang bersih, selokan bau, dan tidak ada fasilitas bagi pejalan kaki yaitu trotoar. Sebagai mahasiswa FKG yang masih 1 lingkungan dengan KU, RSGM, dan RS dr Sardjito saya merasa sangat prihatin dengan kondisi jalan di lingkungan orang-orang kesehatan kok sama sekali tidak mendukung kesehatan ya?
Saya pernah mendengar cerita dari dosen saya tentang asal mula Food Court yaitu tentang pedagang kaki lima di sekitar sardjito yang menyebabkan puluhan mahasiswa terkapar di rumah sakit, kok sekarang muncul lagi ya? Tidakkah terpikirkan bahwa itu tidak hanya mengancam kesehatan mahasiswa tapi juga pasien-pasien dari RS di sekitarnya? Kalo tidak segera ditegasi apa ga takut akan tragedy itu akan terulang lagi?
Saya sangat mengerti bahwa tidak mudah untuk menertibkan PKL yang ingin mencari nafkah tersebut tapi nyatanya dulu bisa di buat foodcourt dan saya rasa butuh ketegasan di sini untuk menghentikan perkembangan ataupun mencegah PKL-PKL tersebut bermunculan kembali. Jika tulisan sudah tahu tidak diindahkan kenapa tidak dengan pendekatan secara langsung?
Saya sangat iri melihat lingkungan pertanian yang sangat ramah lingkungan dan ramah pejalan kaki. Ada shelter-shelter yang indah di sepanjang trotoar. Hal itu saya rasa dapat mencegah pemunculan-pemunculan para PKL-PKL yang mau menggunakan trotoar sebagai tempat jualan.
Jadi, bagaimanapun itu dan setidak menyenangkan apapun itu membiarkan hal yang salah ada perbuatan yang sama sekali tidak mulia butuh ketegasan untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa yang SMART. Kerakyatan bukan berarti membiarkan rakyat memboikot jalan trotoar untuk berjualan kan?
Prima Dewi Khristina – FKG – 09/288971/KG/08570

Sunset in airport

Yogyakarta, 12 agustus 2017 So this is the end of my (another) journey Selalu ada alasan mengapa seseorang bepergian. Sering kali un...